Kamis, 15 Oktober 2009

Perekonomian Masa Majapahit

Tidak diragukan lagi bahwa salah satu faktor yang mendorong kebesaran Majapahit adalah tumbuhnya perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian yang produktif. Kondisi geografis daerah Trowulan yang terletak di pedalaman tidak hanya memiliki kesesuaian sebagai sebuah perkotaan, tetapi juga mengindikasikan sebagai sebuah perkotaan agraris. Untuk mendukung pertanian, dibangun pula beberapa infrastruktur untuk mengelola air di kawasan ini.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan arkeologis dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonmi Majapahit didorong oleh kegiatan dan terbentuknya jejaring perniagaan baik lokal maupun regional. Dalam Ying-yai Sheng-lan disebut beberapa kota pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Majapahit yaitu: Tuban, Gresik, dan Surabaya. Pelabukan tersebut telah dikunjungi pedagang asing dari Arab, Persia, Turki, India, dan Cina. Pedagang Majapahit tidak hanya terbatas melakukan perdagangan di wilayahnya. Mereka juga pergi ke pulau-pulau lain seperti: Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin, Malaka, hingga kepulauan Filipina. Beberapa daerah tersebut tercatat dalam Kitab Negarakertagama dan termasuk kategori negeri yang menyerahkan upeti dalam sistem pertukaran Tributari. Pedagang Majapahit membawa beras dan hasil bumi yang dipertukarkan dengan barang lain seperti keramik, tekstil, dan rempah-rempah.
Bukti dari kegiatan perekonomian Majapahit tersebut dapat diamati dengan ditemukannya beberapa tinggalan arkeologis yang berasal dari luar seperti keramik porselen dari Cina, yang sebagian besar berasal dari Dinasti Song. Selain itu, ditemukan juga keramik Vietnam dan keramik Thailand. Sepertinya, barang-barang tersebut termasuk barang-barang yang digemari orang Majapahit.

Selain pertukaran barang (sistem Tributari), mata uang juga telah digunakan dalam transaksi jual beli. Jenis mata uang ini antara lain mata uang lokal seperti uang g
obong, dan uang ma dari perak atau emas. Kepeng Cina dari dinasti Tang, Song, Ming, dan Qing juga berlaku di Majapahit. Dalam transaksi jual beli, alat satuan ukur seperti timbangan dari terakota dan batu juga telah dikenal.

Selasa, 13 Oktober 2009

Sumur Majapahit Sebagian Rusak Tergali

Surya.co.id
Rabu, 5 Agustus 2009

MOJOKERTO | SURYA.CO.ID — Sebanyak lima sumur kuno peninggalan Kerajaan Majapahit yang ditemukan pembuat batu bata di Desa Trowulan, sebagian mengalami kerusakan karena penggalian. Adapun kelima sumur itu ditemukan di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Posisi kelima sumur berada di sisi utara desa. Kondisi tanah di sekeliling lokasi temuan sumur-sumur itu sudah tergerus sekitar 1,5 meter akibat penggalian tanah untuk bahan baku batu bata.

Di lokasi yang sama, ditemukan juga sekeping mata uang dari zaman VOC bertahun 1790. Mata uang kuno tersebut kemudian diserahkan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Jawa Timur.

Penemu situs sejarah itu adalah Kandeg Suyanto (45). Ia menemukan sumur tersebut saat mencangkul tanah yang dijadikan bahan baku batu bata. Menurut Kandeg, yang ditemui Selasa (4/8), sumur-sumur itu pertama kali ditemukannya pada 19 Juli, kemudian 25 Juli, dan 31 Juli lalu.

Menurut Kandeg, penemuan tersebut merupakan yang kedua kalinya. Sekitar dua tahun lalu ia juga menemukan struktur batu bata sepanjang lebih dari 100 meter dengan tinggi 1,5 meter dan lebar 1 meter. ”Temuan (struktur batu bata) itu sekitar 200 meter dari sini (temuan sumur),” katanya.

Saat menemukan situs sejarah yang pertama itu, kata Kandeg, dirinya memperoleh imbalan Rp 2.500.000 dari Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto. ”Bukan dari BP3 Trowulan,” ujarnya.

Kandeg juga mengharapkan sekadar imbal jasa berupa kompensasi uang atas temuannya.

”Kalau tidak ada (tindakan) apa-apa, percuma. Lebih baik saya menggali terus,” kata Kandeg. Di lahan pribadi ukuran 31 meter x 52 meter itulah selama setahun terakhir ini Kandeg membuat batu bata dari bahan dasar tanah yang ada di lahan tersebut.

Dikatakannya, selama ini sesungguhnya banyak sekali temuan barang sejarah di lokasi tersebut, tetapi sebagian besar tidak dilaporkan.

Pelaksana Tugas BP3 Jawa Timur Aris Soviyani mengatakan, temuan sumur itu memastikan bahwa pada zaman Majapahit lokasi tersebut merupakan daerah permukiman.

Aris menyebutkan, tindakan selanjutnya yang dilakukan BP3 Jawa Timur adalah memberi batas wilayah temuan permukiman kuno itu. Ia mengatakan, selama ini wilayah Nglinguk memang sudah dipetakan sebagai salah satu wilayah permukiman zaman Majapahit yang cukup padat.

Sumur telantar

Secara terpisah, sumur berdinding gerabah di Desa Kalipang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, telantar. Sumur yang diduga sezaman dengan Kerajaan Majapahit itu dibiarkan terbuka dan sebagian dindingnya retak-retak akibat kepanasan.

Ketua Pondok Pesantren Ma’hadul Ulum Asysyar’iyyah Sarang, Rembang, Muzamil (28), mengatakan, sumur itu ditemukan 14 Juli lalu. Waktu itu para santri mengambil tanah uruk untuk menguruk gudang milik tokoh agama Sarang, M Said.

”Namun, hingga sekarang sumur itu belum diteliti pihak berwenang. Padahal, pemilik tanah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Ma’hadul Ulum Asysyar’iyyah Sarang, KH Muhamad Adib Abdurrohim, mempersilakan sumur itu diteliti,” kata dia.

Sumur ditemukan di kedalaman sekitar 0,5 meter tak jauh dari sumber air milik Pondok Pesantren Ma’hadul Ulum Asysyar’iyyah Sarang. Kedalaman sumur sekitar 1,25 meter dengan lima dinding gerabah berbentuk melingkar yang disusun ke atas. Saat ditemukan sumur tertutup lempengan dari gerabah.

Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto mengatakan, sumur berdinding gerabah atau jobong berkembang semasa Kerajaan Majapahit. (INK/HEN)

Kerusakan Situs Majapahit akan Direhabilitasi

forummajapahit.org
Kamis, 23 April 2009

MOJOKERTO,
SURABAYA.DETIK.COM — Kerusakan situs Kerajaan Majapahit imbas pembangunan proyek Pusat Informasi Majapahit (PIM) atau Majapahit Park akan segera direhabilitasi. Tim evaluasi pun mulai meneliti kerusakan situs, Jumat (23/1/2009).

Tim evaluasi yang datang ke lokasi PIM di Trowulan, dipimpin oleh Prof Dr Mundardjito. Saat evaluasi, seluruh anggota datang, kecuali penanggung jawab tim, Hari Utoro Drajat, serta dua anggota tim, Daud Aris Tanudirjo dan Anam Anis.

Saat di lokasi, tim evaluasi segera memeriksa kerusakan Situs Majapahit akibat pembangunan PIM atau Majapahit Park itu. Terlihat banyak tumpukan bata merah yang berupa pondasi bangunan masa Kerajaan Majapahit, rusak akibat galian pondasi proyek.

Menurut arkeolog Prof Dr Mundardjito, tim evaluasi bertugas meneliti sejauh mana kerusakan situs dan bagaimana merehabilitasinya.

"Kami sedang membahas, apa sih yang bisa kita rehabilitasi. Karena itu kita memerlukan data," kata Mundardjito.

Rencananya, tim evaluasi masih berada di lokasi PIM hingga Sabtu (24/1/2009) besok. "Kalau situs rusak memang iya, seperti anda lihat semua. Tapi ini masih kami pelajari semuanya," tambah Mundardjito.

Selain Mundardjito (ketua), Hari Utoro (penanggungjawab), Anam Anis dan Daud Aris, tim evaluasi juga beranggotakan Soeroso, Junus Satrio Atmodjo, Rusli Yahya, Arya Abieta, Osriful Oesman, Bambang Aryudhawan, Gatot Ghautama, dan Sony C Wibisono.

Tim ini bertugas menentukan langkah-langkah relokasi, rehabilitasi maupun merancang ulang pembangunan PIM sesuai kaidah arkeologis. Masa kerja tim evaluasi proyek ini, mulai 1 Januari hingga Desember 2009 mendatang. (fat/fat)

Ketika Sejarah Dinistakan

kampungjawa.wordpress.com
12 Januari 2009

Kondisi situs purbakala berupa sisa-sisa fondasi dari bata merah, konstruksi sumur kuno dan terakota dari bekas ibu kota Majapahit rusak karena penggalian tanah untuk pembuatan fondasi beton dan tembok proyek pembangunan Pusat Informasi Majapahit di Kompleks Museum Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Senin (29/12). Bangunan di latar belakang adalah gedung museum purbakala yang ada saat ini.

DAHONO FITRIANTO & INGKI RINALDI

Hanya di kedalaman tak lebih dari 50 sentimeter di bawah permukaan rerumputan, lapisan-lapisan masa silam itu terkuak. Batu bata kuno yang telah menghitam tersusun rapi, membentuk pola-pola fondasi bangunan, dinding, pelataran, dan sisi luar sebuah sumur tua. Setelah lebih dari empat abad terkubur, sisa-sisa ibu kota Kerajaan Majapahit itu bertemu sinar matahari lagi.

Mudah saja mengenali batu bata dari masa lalu itu dengan batu bata zaman sekarang. Selain warnanya yang sudah menghitam dimakan waktu, ukuran batu bata itu juga lebih besar dan tebal dibandingkan batu bata zaman sekarang.

Namun, sensasi pesona dan rasa ingin tahu tentang masa lalu itu pupus saat melihat batu-batu kali yang dibalut semen kelabu telah membentuk tembok-tembok tinggi tepat di atas lapisan batu bata kuno itu. Di seantero lapangan seluas 63 meter x 63 meter itu juga terlihat beberapa tumpukan batu bata kuno yang telah dikeluarkan dari galian tanah yang dipersiapkan untuk fondasi.

Di beberapa titik, tanah dengan kandungan sejarah tak ternilai harganya itu digali lebih dalam seperti sumur berbentuk persegi. Di dalamnya, saat ini telah tertanam struktur tulangan beton yang telah dicor semen.

Taman Majapahit

Itulah fondasi bakal pilar penyangga Trowulan Information Center, bangunan berbentuk bintang bersudut delapan yang menjadi bagian dari Taman Majapahit atau Majapahit Park. Rencananya, akan ada 50 pilar semacam itu.

Tanggal 3 November 2008, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik meletakkan batu pertama pembangunan Majapahit Park di tengah lapangan itu. Majapahit Park adalah proyek ambisius pemerintah untuk menyatukan situs-situs peninggalan ibu kota Majapahit di Trowulan dalam sebuah konsep taman terpadu, dengan tujuan menyelamatkan situs dan benda- benda cagar budaya di dalamnya dari kerusakan dan menarik kedatangan turis.

Bangunan Trowulan Information Center (disebut juga Pusat Informasi Majapahit), yang memakan lahan seluas 2.190 meter persegi dan dirancang oleh arsitek Baskoro Tedjo itu adalah tahap pertama dari keseluruhan proyek senilai Rp 25 miliar, yang direncanakan selesai dalam tiga tahun mendatang. Ironinya, proyek pembangunan itu justru memakan korban situs itu sendiri, bahkan di tahap yang paling awal.

Belum diteliti

Ahli arkeologi dari Universitas Indonesia, Prof Dr Mundardjito, mengatakan, lokasi pembangunan pusat informasi tersebut terletak di sebuah lahan yang sangat kaya akan peninggalan ibu kota Majapahit, yang belum sepenuhnya terungkap oleh penelitian arkeologis.

Para ahli arkeologi menamakan lokasi itu sebagai Situs Segaran karena hanya berjarak beberapa ratus meter dari kolam raksasa Segaran yang dibangun pada masa kejayaan Majapahit abad ke-14 silam.

”Karena keterbatasan dana, penggalian dan penelitian situs di tempat itu dilakukan secara bertahap. Situs Segaran V di ujung selatan digarap tahun 1989-1993. Kemudian Situs Segaran II di dekat museum dikerjakan dari tahun 1993 sampai sekarang. Lokasi pembangunan pusat informasi yang sekarang ini ada di Segaran III dan IV yang belum sempat diteliti,” papar Mundardjito di Jakarta, Sabtu (27/12).

Di situs Segaran II, hingga saat ini masih dapat dilihat hasil penggalian yang menunjukkan struktur lengkap sebuah fondasi rumah zaman Majapahit dan halamannya.

Dari struktur itulah, Mundardjito merekonstruksi sebuah rumah zaman Majapahit, lengkap dengan dinding kayu dan atap genteng, yang kemudian dipamerkan di Museum Nasional, Jakarta, Juni 2006. ”Presiden SBY terkesan saat memasuki replika rumah tersebut. Setelah itulah muncul gagasan untuk membangun Majapahit Park,” kata Mundardjito, yang dikenal di kalangan arkeolog sebagai pakar tentang situs-situs di Trowulan.

Jadi, jika di situs Segaran II dan V ditemukan beraneka peninggalan bekas kota Majapahit, sangat logis jika situs Segaran III dan IV, yang terletak di antara keduanya, mengandung peninggalan yang sama. Itu terbukti saat para tukang bangunan mulai menggali parit-parit fondasi dan sumur-sumur tiang pancang di lokasi tersebut sejak 22 November-15 Desember lalu, tentu saja tanpa menggunakan teknik ekskavasi arkeologis.

Kerusakan nyata

Awal Desember, sebuah tim evaluasi yang dibentuk Direktorat Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dikirim ke Trowulan dan langsung merekomendasikan penghentian penggalian fondasi karena mulai terlihat gejala perusakan temuan struktur bangunan kuno. Namun, rekomendasi itu ternyata tidak dihiraukan dan proses penggalian dan pengecoran beton tetap dilanjutkan.

Saat Mundardjito, sebagai pimpinan tim, melihat kembali ke lokasi pada 15 Desember, kerusakan yang terjadi sudah sangat nyata. Sebuah dinding sumur kuno dari jobong (gerabah berbentuk silinder) dikepras dan dijebol hanya demi memasang tulang baja untuk alas pilar. Sementara beberapa struktur dinding langsung ditimbun tumpukan batu dan semen untuk fondasi bangunan.

”Baru setelah saya paparkan fakta itu kepada Dirjen (Sejarah dan Purbakala) dan jajarannya, proses pembangunan dihentikan. Namun, penghentian ini tidak cukup. Situs tersebut harus direhabilitasi. Semua bangunan baru harus dibongkar lagi,” kata Mundardjito.

Sebelum pemilu

Pimpinan proyek pembangunan Majapahit Park, Aris Soviyani, memberikan versi berbeda. Ia bersikeras bahwa tak ada situs Majapahit yang dirusak dengan pembangunan ini.

Pernyataan Aris ini didukung oleh Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Timur I Made Kusumajaya, yang mengatakan bahwa penggalian fondasi untuk pembangunan pusat informasi itu sudah dilakukan dengan memerhatikan kaidah arkeologis. ”Memang harus ada (situs) yang rusak, tetapi yang rusak itu bukan bagian penting,” ujar Made sambil menunjuk tumpukan bongkahan batu bata dari zaman Majapahit yang sudah rusak.

Made menambahkan, sampai saat ini tidak ada perintah penghentian pembangunan Trowulan Information Center tersebut. Ia mengatakan, penghentian pembangunan pada akhir Desember disebabkan masa kerja kontraktor yang sudah usai. ”Bulan Januari ini, pembangunan Majapahit Park akan dimulai lagi. Cor beton maupun batu kali yang sudah terpasang tidak akan diangkat lagi,” tandasnya.

Semua itu dilakukan demi mengejar batas waktu pembangunan tahap pertama ini, yang menurut rencana akan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. ”Targetnya harus selesai sebelum pemilu (2009),” tandas Made.

Stus Majapahit Dirusak Pemerintah

mojokerto.info
Senin, 5 Januari 2009

Mojokerto, Kompas - Situs Majapahit di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sengaja dirusak pemerintah. Di bekas ibu kota Kerajaan Majapahit peninggalan abad ke-13 hingga ke-15 tersebut sedang dibangun Trowulan Information Center atau Pusat Informasi Majapahit seluas 2.190 meter persegi.Peletakan batu pertama dilakukan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, 3 November lalu. Meski dalam perjalanannya ditemukan sejumlah peninggalan bersejarah, seperti dinding sumur kuno, gerabah, dan pelataran rumah kuno, hal itu tak dihiraukan. Tanah terus digali dan benda bersejarah itu dijebol untuk pembangunan sekitar 50 tiang pancang beton Pusat Informasi Majapahit (PIM).

Berdasarkan pantauan pada Minggu (4/1), di beberapa titik, fondasi dari campuran batu kali dan semen telah berdiri di parit-parit galian di situs bersejarah itu. Fondasi tiang beton juga sudah berdiri di beberapa titik. Di sekitarnya, batu bata kuno berukuran besar dan berwarna kehitaman peninggalan zaman Majapahit dibiarkan berserakan.

Wakil Bupati Mojokerto Wahyudi Iswanto saat dikonfirmasi hari Minggu mengatakan, pembangunan PIM sepenuhnya proyek pemerintah pusat. Pemkab Mojokerto dalam hal ini sekadar mengikuti apa yang menjadi keinginan dan kebijakan pemerintah pusat.

Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Timur I Made Kusumajaya mengakui bahwa metode pembuatan fondasi dengan cara menggali tanah memang semestinya tidak dilakukan karena akan merusak situs sejarah dalam jumlah banyak. Sekalipun begitu, ia memastikan sejumlah cor beton maupun batu kali yang sudah terpasang untuk fondasi tidak akan diangkat lagi.

Untuk pembangunan selanjutnya akan digunakan sekitar 50 tiang pancang beton berdiameter 50 sentimeter yang akan dipasang dengan cara dibor, bukan dengan hydraulic hammer (pemukul tiang pancang beton) untuk meminimalkan kerusakan situs bersejarah.

Merusak atau kerusakan situs sejarah yang ditimbulkan dari pembangunan PIM yang merupakan bagian dari Taman Majapahit (Majapahit Park), imbuh Made Kusumajaya, memang tak bisa dihindari. ”Semua itu untuk mencapai tujuan Majapahit Park sebagai sarana edukatif dan rekreatif,” kata Made Kusumajaya.

Cungkup Surya Majapahit

Majapahit Park adalah proyek untuk menyatukan situs-situs peninggalan ibu kota Majapahit di Trowulan dalam sebuah konsep taman terpadu. Tujuannya untuk menyelamatkan situs dan benda cagar budaya dari kerusakan serta untuk menarik wisatawan.

PIM sendiri nantinya akan berupa bangunan berbentuk bintang bersudut delapan yang disebut Cungkup Surya Majapahit, lambang Kerajaan Majapahit.

Rencananya, di bawah Cungkup Surya Majapahit itu akan dipamerkan sejumlah koleksi PIM yang belum banyak terekspos. Pengunjung juga bisa berjalan di atas ubin kaca dan melihat langsung struktur bangunan Majapahit yang berada di bawahnya.

Lebih dahsyat

Kepala Museum Trowulan Aris Soviyani mengatakan, kerusakan situs Trowulan akibat industri rakyat pembuatan batu bata justru jauh lebih hebat. ”Selama bertahun-tahun, tak ada solusi terhadap persoalan itu,” ujarnya.

Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menunjukkan, sekitar 6,2 hektar lahan di situs Trowulan rusak setiap tahunnya untuk pembuatan batu bata rakyat.

Masyarakat menggali tanah untuk pembuatan batu bata karena tak ada penghasilan alternatif. Masyarakat juga berharap saat menggali tanah bisa menemukan benda-benda bersejarah yang kemudian bisa dijual.

Secara terpisah Made Kusumajaya mengatakan, selama berpuluh-puluh tahun, situs sejarah Majapahit seolah hanya menjadi milik komunitas arkeolog. Situs itu hanya digali dengan metode tertentu untuk kemudian ditutup lagi dengan alasan konservasi.

Ia menekankan, sebagai seorang arkeolog, dia tidak bisa terlalu egoistis dengan keinginan tunggal untuk tetap terus mempertahankan situs sejarah itu tidak diketahui orang banyak.

Tiru proyek Borobudur

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef yang pernah memimpin proyek UNESCO memugar Candi Borobudur, yang ditemui Minggu, menyesalkan adanya pembangunan fisik yang merusak situs Trowulan. ”Trowulan merupakan salah satu bukti kita memiliki nenek moyang dengan peradaban tinggi tidak kalah dengan bangsa-bangsa di Eropa,” katanya.

Menurut Joesoef, seharusnya pola konservasi Borobudur yang menggandeng UNESCO dapat diterapkan untuk Trowulan. Proyek Borobodur tahun 1978-1983 yang didukung UNESCO mampu mengalahkan usulan proyek konservasi Mohenjo Daro di Pakistan dan konservasi Venesia, Italia, kala diajukan dengan serius oleh Pemerintah Indonesia.

Proyek Borobudur didukung penuh Pemerintah Belanda, Jepang, Perancis, Jerman, dan negara-negara Eropa lain.

Meskipun demikian, Joesoef menyayangkan perawatan Borobudur yang diganggu kepentingan bisnis dan individu.

Sesuai ketentuan UNESCO, kata Joesoef, kawasan sekitar Borobudur dibagi dalam tiga ring pelestarian. Kini dalam ring satu sudah ada bangunan milik seorang perempuan pengusaha. Sejumlah menara pemancar telepon seluler juga dibangun di kawasan sama.

”Jangan sampai status warisan dunia dicabut oleh UNESCO karena kita dinilai tidak bisa dipercaya. Kalau sudah begini, bagaimana mau merawat situs Trowulan dan mendapat kepercayaan internasional,” kata Joesoef yang awal dekade tahun 1970-an melobi UNESCO di Paris untuk menyelamatkan Borobudur.

Setelah sukses memugar Borobudur, kata Joesoef, Indonesia dipercaya untuk membantu pemugaran kompleks Candi Angkor Wat di Kamboja. Ketika itu para arkeolog Indonesia disegani di kalangan dunia internasional.

Situs Trowulan tersebut memiliki tarikh Masehi yang sama dengan Istana Louvre di Paris, yakni sekitar abad ke-12 Masehi hingga ke-14 Masehi. Kini di atas situs Trowulan dibangun megaproyek yang menutup areal ekskavasi arkeologi Majapahit yang menjadi bukti kebesaran nenek moyang bangsa Indonesia.(DHF/ INK/ONG)

Sangat disayangkan warisan budaya nenek moyang rusak begitu saja, seperti pernyataan pimpinan proyek pembanguna Majapahit Park, Aris Soviyani yang bersikeras bahwa tak ada situs Majapahit yang dirusak dalam pembangunan tersebut, demikian juga pernyataan Kepala balai pelestarian peninggalan purbakala (BP3) Provinsi Jawa Timur I Made Kusumajaya, yang mengatakan bahwa penggalian pondasi untuk pembangunan pusat informasi itu sudah dilakukan dengan kaidah arkeologis “memang harus ada (situs) yang rusak tetapi yang rusak itu bukan bagian penting” ujurnya sambil menunjukan bongkahan batu bata dari zaman Majapahit yang sudah rusak. (Kompas, minggu 4 Januari 2009)

betapa pun kecilnya artefak atau apapun yang ditemukan, itu sangat berharga untuk mengali peradaban masa lalu nenek moyang kita, pengetahuan dan penghargaan terhadap hasil karya budaya bangsa sendiri.

Pembangunan Taman Majapahit Akan Direlokasi

Kompas-TV.com
Rabu, 14 Januari 2009

Tim Evaluasi Direktorat Purbakala Indonesia memutuskan untuk merelokasi pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Pembangunan pusat informasi yang menuai protes dari banyak kalangan karena dinilai merusak ini pun telah dihentikan. Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta, Rabu pagi.

Relokasi akan dilakukan di lokasi yang masih ada di situs Trowulan, namun kadar situsnya sudah tak terlalu banyak dan sudah rusak. Untuk memperbaiki kerusakan situs kerajaan Majapahit akibat pembangunan ini juga akan direhabilitasi dan direkonstruksi.

Dengan anggaran Rp 3 miliar, Jero Wacik yakin pembangunan Pusat Informasi Majapahit yang diresmikan tanggal 3 November 2008 ini akan berhasil.

Untuk melanjutkan pembanguan Pusat Informasi Majapahit ini, menurut Jero Wacik juga akan dibentuk tim kerja dan evaluasi yang anggotanya para arkeolog.

Tim tersebut bertugas mencari lokasi yang tepat untuk melanjutkan proyek ini. Tim kerja juga akan melakukan sayembara bangunan taman Majapahit bagi arsitektur.

| Rep/Kam:Budhi | Penulis:Santoso | Editor Video:Ganda | VO:Maya

Industri Bata Merah dituding Rusak Situs Majapahit

tempointeraktif.com
Jum'at, 02 Januari 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta:Para arkeolog menuntut pemerintah pusat dan daerah segera menertibkan keberadaan ribuan industri bata merah di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Perusahaan bata merah terbukti menghancurkan situs dan artefak peradaban kerajaan Majapahit setelah berpuluh-puluh tahun tanah Trowulan digunakan untuk bahan baku. Akibatnya, "permukaan tanah di hampir seluruh wilayah Trowulan turun dua meter lebih karena terus dikeduk untuk bahan baku bata merah, tapi pemerintah membiarkan saja. Ini sudah tahun 2009," kata Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia, Mundardjito, melalui telepon, hari ini.

Dari penelian para arkeolog, saat ini di sekitar Trowulan terdapat sedikitnya 4 ribu linggan, tempat pembuatan bata. Celakanya, lokasi pembuatan bata merah berada di kawasan yang di bawah tanahnya terdapat jutaan situs dan artefak Majapahit. "Kami minta pemerintah pusat dan daerah segera mengendalikan industri bata merah jika tidak ingin Majapahit musnah," kata Mundardjito.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Junus Satrio Atmodjo, membeberkan fakta kehancuran Majapahit akibat banyaknya linggan. Selain bangunan candi, perumahan dan struktur batas kota, bangunan monumental masa Majapahit yang ikut hancur adalah kanal-kanal yang membentang dalam radius belasan kilometer mengitari Trowulan. Keberadaan kanal itu merupakan bukti terpenting yang bisa dijadikan bukti pijakan untuk menentukan batas kota Majapahit."Pemerintah Kabupaten Mojokerto harus segera menerbitkan Peraturan Daerah yang melarang penggalian tanah untuk industri bata merah," kata Junus.

Kepala Sub Dinas Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Mojokerto Didik Sulistyo mengakui saat ini belum ada peraturan daerah yang melarang penggalian tanah untuk bahan baku bata merah di sekitar Trowulan. "Tapi kami sudah melaporkan hasil penelitan para arkeolog tentang rusaknya tanah Trowulan kepada Bupati," kata Didik.

Saat ini para arkeolog juga sedang melawan dan menolak pembangunan Taman Purbakala Majapahit di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Pembangunan proyek berlabel Trowulan Information Center itu berada di areal Pusat Informasi Majapahit (PIM) yang dikelola Balai Peletarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan yang di bawahnya terdapat situs penting Majapahit. "Majapahit menghadapi situasi kritis. Sudah dihajar industri bata merah, kini ditambah lagi soal pembangunan Trowulan Trade Center," kata Mundardjito.

Dari master plan yang didapat para arkeolog, dampak kehancuran yang akan terjadi di kawasan PIM seluas 12 hektare pasti terjadi. Dalam rancangan itu tergambar bentuk bangunan yang justru mengarah ke bawah tanah. Di bawah permukaan tanah itu akan dibangun sejumlah bangunan dilengkapi ruang terbuka semacam hall. Juga terlihat rancangan kawasan Trowulan Information Center yang didisain membentuk bintang segi delapan.

Areal 12 hektare itu merupakan kawasan yang mengandung sejarah Majapahit dalam berbagai periode peradaban. Banyak situs yang umurnya sangat tua dibanding tempat lain, ada temuan konstruksi rumah Majapahit, posisi tanahnya paling tinggi, ditemukan keramik cina paling bagus dan ada konteks yang bisa menjelaskan ikhwal sejarah masa lalu. Kawasan itu sejak tahun 1980-an juga dipakai menjadi 'field school' bagi para mahasiswa arekologi untuk mempraktekkan ilmunya.

DWIDJO U. MAKSUM

Majapahit Kian Rusak

deroom.multiply.com
03 Februari 2009

Kerusakan situs Majapahit sebenarnya bukan berita baru, hanya saja baru-baru ini seakan terangkat gara-gara pemerintah setempat pengen mendirikan PIM (Pusat Informasi Majapahit). Hingga saat ini sayapun belum mengerti sepenuhnya, apa manfaat pendiriannya.

Jauh dari itu, dilingkungan Trowulan sendiri yang hingga kini diyakini disanalan dahulu istana megah Majapahit berdiri, masyarakat sekitar saya rasa kurang peduli dengan kelestarian Majapahit, meskipun tidak sedikit yang peduli dengannya.

Seperti yang kita ketahui, disekitar situs Majapahit, di Trowulan, terkenal dengan kerajinan Arca dan perunggu, bahkan sekarang merambah ke kerajinan batu bata. Siapa yang tahu bahwa banyak sekali perunggu yang diproduksi adalah campuran dari perunggu jaman Majapahit, baik berupa uang logam atau artefak. Barang purba tersebut dilebur dan kemudian disulap menjadi barang perunggu baru, dan tentu harganya jauh lebih mahal ketimbang perunggu murni jaman sekarang. Lalu darimana masyarakat sekitar menemukan artefak ? mudah saja, tinggal ‘macul’ disawah, koin, teko, dan artefak lainpun sering ditemukan. Fatalnya penemuan itu tidak dilaporkan pada pihak berwajib, dan malah mereka jual pada perajin perunggu. Fatalnya lagi para perajin perunggu juga menerimanya dengan imbalan. Kata mereka jika kerajinan perunggu ada campuran perunggu jaman Majapahit maka hasilnya lebih bagus dan tidak dipungkiri memang perunggu peninggalan Majapahit mutunya jauh lebih bagus. Sampai kapan perunggu-perunggu peninggalan itu terus didaur ulang ?

Diberitakan juga oleh Kompas pada 16 januari 2009, kerusakan Majapahit semakin meluas, Situs Klinterejo, Desa Klinterejo, Kecamatan Soko (terletak di jalur utama Jombang – Surabaya), Kabupaten Mojokerto banyak sekali menyimpan sandaran arca, yoni, lumpang batu, jaladwara, balok batu, dan umpak, namun hingga kini sandaran arca, yoni, lumpang batu, jaladwara, balok batu, dan umpak baru dilakukan pemotretan dan pengukuran oleh BP3. Belum ada tindakan penyelamatan, dan apakah benda-benda peninggalan itu hanya cukup dipotret saja ?

Bisa dikatakan, Trowulan adalah tempat paling strategis dalam pembelajaran tentang Majapahit. Ditempat ini banyak sekali peninggalan Majapahit mulai dari Candi Tikus, Brajang Ratu hingga Batu Segienam. Tak selayaknya jika Site yang sangat penting dan tak ternilai harganya ini rusak hanya karena tingkah masyarakat yang kurang peduli dan pemerintah yang mengorbankannya untuk program yang belum tentu hasilnya.

Memang seputar Majapahit rasanya seperti dunia komputer, tak ada habisnya diupas dan dikupas. Tapi kerusakan site inilah yang sangat dikhawatirkan dan kenapa belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Apakah pemerintah masih sibuk kampanye hingga lupa dengan tugasnya?

Pembangunan Taman Majapahit Rusak Situs Majapahit?

Kompas-TV.com
Rabu, 07 Januari 2009

Lokasi Taman Majapahit yang berada di kecamatan Trowulan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur tepatnya lokasi ini berada di samping museum Trowulan. Pembangunan Taman Majapahit, yang diharapkan dapat menggali dan menunjukkan peninggalan Majapahit justru malah merusak peninggalan yang selama ini terpendam.

Kerusakan ini terjadi saat pembangunan pondasi dan tiang pancang. Kerusakan terjadi karena dibawah bangunan ini justru banyak ditemukan peninggalan Majapahit.

Pembangunan pondasi Taman Majapahit ini diperkirakan banyak merusak struktur bangunan pondasi kuno. Pihak kontraktor justru merusak situs kuno tersebut. Selain pembangunan Pondasi, pemasangan tiang pancang yang tidak memperhatikan keberadaan situs yang ada banyak menyebabkan situs yang terpendam rusak.

Anang wahyu rkeolog koordinator pembangunan Taman Majapahit, balai pelestarian peninggalan purbakala mengatakan kondisi yang terjadi bukanlah untuk merusak situs. Justru pembangunan ini bertujuan untuk menggali situs Majapahit yang terpendam dan menunjukkan peninggalan Majapahit secara komperhensif kepada masyarakat. Seluruh situs yang ditemukan akan dikembalikan lagi ke tempat semula setelah pembangunan atap Taman Majapahit selesai.

Anang Wahyu membantah jika pembangunan taman majapahit dihentikan karena dianggap merusak situs. Menurutnya pemberhentian proyek merupakan tahap awal pembangunan yang kontraknya habis pada bulan Desember 2008 dengan nilai pembangunan Rp 3 milyar rupiah.

Anang meyakini rencana peresmian Taman Majapahit tetap akan terealisasi sesuai jadwal.

| Reporter/Kamerawan/Penulis:Tomo| Editor Video:XXXTeddy | VO : Maya, Yosie

Senin, 12 Oktober 2009

Laporan Penelitian Kerusakan Situs Trowulan

Facebook.com
Minggu, 4 januari 2009 harian Kompas mengawali pemberitaan yang menghebohkan tentang "Situs Majapahit dirusak Pemerintah".

Rabu, 14 Januari 2009 dalam konperensi Pers di kantornya, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wac...ik secara resmi menghentikan Proyek Pembangunan Pusat Informasi Majapahit diTrowulan. Ternyata Pemerintah tidak tahan menghadapi kritik dan tekanan publik yang begitu meluas dari berbagai kalangan masyarakat bahkan konon kabarnya juga ditanggapi serius dari kantor Merdeka Utara.

Selasa, 21 januari 2009 Jero wacik mengeluarkan SK tentang :
1. Status dan penambahan TIM EVALUASI dari 5 orang menjadi 9 orang dan tetap di pimpin oleh Prof. Mundarjito
2. Menyetujui permintaan TIM EVALUASI untuk : a.rehabilitasi situs yang di rusak. b. relokasi PIM. c. redesain atau rancang ulang PIM
3. Evaluasi keberadaan PIM dan konsep Majapahit Park 07
4. Membuat konsep baru tentang PIM dan Majapahit Park

Kamis, 22 Januari 2009 TIM LENGKAP EVALUASI berangkat keTrowulan untuk melakukan peninjauan lokasi proyek dan mengumpulkan data kerusakan

Jumat, 23 Januari 2009 TIM LENGKAP EVALUASI mengumpulkan data kerusakan situs serta melakukan wa...wancara dengan pihak-pihak terkait.

Sabtu, 24 Januari 2009 TIM LENGKAP EVALUASI selesai mengumpulkan data-data yang di perlukan

Kamis, 29 Januari 2009 dari sumber-sumber yang dapat di percaya, departemen kebudayaan dan pariwisata akan dilakukan mutasi beberapa pejabat yang berkaitan dengan kasus ini.
Informasi terbaru dari TIM EVALUASI
Minggu lalu, diperoleh informasi bahwa TIM EVALUASI berangkat lagi ke Trowulan untuk keduakalinya.dan sekarang sudah kembali ke Jakarta. Berikut laporan singkatnya:
1) Keadaan Situs bekas proyek PIM, semakin memp...erihatinkan.
2) Kolom2 Beton dan Pondasi Jalur berbentuk Bintang Majapahit tersebut, yang secara nyata telah merusak situs, masih utuh dan eksis, sedangkan Temuan2 Struktur, Lantai bangunan,dll, terlihat rentan, karana hanya dilindungi oleh plastik tipis yang sangat tidak memadai, dapat dipastikan berpotensi meningkatkan skala kerusakan.
3)Walaupun demikian Tim selesai melakukan Analisis Kerusakan Situs.
4)Tahap pertama yang akan dilakukan adalah REHABILITASI SITUS, meliputi Program Jangka Pendek, Menengah dan Panjang.

Ada beberapa item pekerjaan dari Program Jangka Pendek alias Tanggap Darurat, salah satunya adalah pembuatan Atap Sementara untuk melindungi temuan-temuan tersebut dari hujan lebat yang terus-menerus.

Hari Senin 23 Feb 09, ada pertemuan masalah kasus PIM di DPD RI (Dewan Perwakilan Daerah RI), memanggil Menteri Jero Wacik beserta jajaran lengkap termasuk Sekjen, Irjen, para Dirjen, sampai Diirektur, dan tentunya Tim Evaluasi yang diwakili... oleh beberapa anggotanya. Pertemuan tertutup, tetapi dari sumber yang layak dipercaya,ada 2 poin penting yang dibicarakan, yaitu: 1) Perkembangan lebih lanjut dari rencana kerja Tim Evaluasi;2) Ini yang paling gresss, JW minta kapada DPD agar menarik kembali laporan pengaduan ke Mabes POLRI tentang pertanggungjawabnya selaku menteri atas kerusakan situs yang terjadi.

Stop Rusak Situs Trowulan

VHRmedia.com
13 Januari 2009

VHRmedia, Surabaya - Puluhan anggota Forum Ahli Waris Majapahit mengecam proyek pembangunan Pusat Informasi Majapahit di atas area situs purbakala Trowulan. Pembangunan atas izin Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik ini dinilai merusak situs peninggalan peradaban Kerajaan Majapahit.

Koordinator aksi Dewa Made RS mengatakan, proyek yang dimulai tahun 2007 dan telah menghabiskan dana Rp 25 miliar itu merusak jejak peradaban Kerajaan Majapahit. "Pertimbangan arkeologi macam apa yang dilakukan pemerintah? Di lokasi tiang pancang beton, di dalam tanah, banyak ditemukan gerabah, dinding sumur, dan bangunan serta artefak masa Majapahit," kata Dewa Made saat berunjuk rasa di depan gedung Grahadi, Surabaya, Senin (12/1).

Menurut FAWM, proyek pembangunan yang dibiayai APBN ini tidak disertai kajian analisa mengenai dampak linkungan. Pembangunan Pusat Informasi Majapahit juga tidak memiliki syarat studi kelayakan dan izin mendirikan bangunan.

FAWM mempertanyakan tidak dilibatkannya Balai Arkeologi Yogyakarta yang berwenang mengawasi penelitian situs purbakala di wilayah DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. "Seharusnya sebelum membangun proyek, pemerintah bekerja sama dengan Balai Arkeologi Yogyakarta untuk penelitian. Apakah pantas proyek tersebut dilakukan?" kata Dewa Made.

Dewa Made mengatakan, proyek Pusat Informasi Majapahit melanggar UU tentang Benda Cagar Budaya. Pihaknya menuntut pemerintah menghentikan pembangunan proyek dan menuntut pertanggungjawaban Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik atas rusaknya situs Trowulan. (E1)

Bagian Penting Situs Majapahit Terlanjur Rusak

Kompas.com
Jumat, 9 Januari 2009

JAKARTA, JUMAT — Meskipun pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) di lokasi sekarang di samping Museum Majapahit, Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, dihentikan, proyek Departemen Kebudayaan dan Pariwisata itu telah merusak bagian penting Situs Majapahit. Sejarah kebesaran dan kehebatan peradaban Majapahit selama lebih kurang 200 tahun (1293-1521 Masehi) yang sudah dikenal luas itu terancam menjadi cerita dongeng.

Perusakan yang dilakukan pemerintah melalui proyek tanpa Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tidak mempunyai kajian Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) itu, tak punya studi kelayakan, dan tak melibatkan Balai Arkeologi Yogyakarta sebagai pengemban tugas penelitian di wilayah DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Hal tersebut tidak saja melanggar Undang-Undang Nomor 5 tentang Benda Cagar Budaya, tetapi juga tak sesuai dengan etika profesi arkeolog dan hati nurani.

Demikian antara lain benang merah yang terungkap dalam paparan Tim Evaluasi Pembangunan PIM di kantor redaksi Kompas, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta, Jumat (9/1). "Perlakuan Pemerintah diibaratkan bapak memperkosa anak dan kemudian memutilasinya," kata Prof Dr Mundardjito, menggambarkan kerusakan situs akibat proyek PIM senilai Rp 25 miliar tersebut.

Walaupun ditunjuk sebagai Tim Evaluasi Pembangunan PIM tanpa SK (surat keputusan), Mundardjito bersama Arya Abieta, Osriful Oesman, Daud Aris Tanudirjo, dan Anam Anis, mengaku telah melakukan evaluasi sebagaimana diharapkan. Namun, yang sangat ia sayangkan, sembilan poin penting yang direkomendasikan, terkesan tidak dipedulikan.

Buktinya, ketika kegiatan pengupasan tanah sampai pembuatan sistem grid arkeologi di seluruh area calon bangunan PIM dengan mengacu pada grid Segaran II yang masih dapat dilacak diminta dihentikan sementara. Meski rekomendasi dikeluarkan tanggal 5 Desember, sepekan kemudian ketika dicek ke lapangan, pelaksanaan proyek tetap jalan.

"Proyek berhenti di akhir Desember 2008 bukan karena rekomendasi Tim Evaluasi , tapi karena tahun anggaran 2008 berakhir," ujarnya.

Dalam presentasi berjudul Vandalisme Situs Majapahit, arkeolog dan guru besar FIB UI ini menampilkan foto-foto penggalian oleh kuli proyek PIM yang merusak artefak, bekas bangunan peninggalan kerajaan Majapahit. Ada sumur Majapahit tipe Jobang dirusak untuk penahan konstruksi tiang yang mau dicor. Mencermati bekas-bekas galian yang rusak akibat penggalian, Mundardjito mengambarkan, ke depan akan ada lembaran-lembaran penelitian yang kosong.

Padahal, sekecil apa pun bagian bangunan dan artefak masa Majapahit yang dihancurkan dan dirusak, hal itu akan memengaruhi rekonstruksi sejarah masa lalu Majapahit. Ia juga mengatakan, setelah mempelajari gambar dan hasil peninjauan lapangan dan gambar penelitian arkeologi tahun 1989-2007, disimpulkan beberapa daerah situs penting diduga (akan) terkena pondasi bangunan.

Penelitian Mundardjito di tahun 1979 sudah merekomendasikan agar jangan ada bangunan di situ (di lokasi proyek PIM sekarang) karena ditemukan banyak keramik, gerabah, dan tulang-tulang. Jadi, lokasi itu sangat berharga, bernilai tinggi, bagi rekonstruksi Kejaraan Majapahit, satu-satunya kerajaan yang meninggalkan sisa-sisa permukiman tipe kota.

Anam Anis, yang juga masuk Tim Evaluasi, menambahkan, kerusakan begitu parah terjadi karena yang menggali-lobang-lobang di situs untuk pondasi itu kuli bangunan sehingga pelaksanaan lapangan tidak mengacu pada kaedah-kaedah pelestarian arkeologis. "Kontraktor tidak melengkapi tim kerjanya dengan tenaga ahli arkeologi yang berpengalaman," tandasnya.

Tidak hanya Tim Evaluasi Pembangunan PIM yang mengemukakan bahwa proyek PIM telah merusak bagian penting situs Majapahit. Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto sebelumnya juga menegaskan, lokasi pembangunan PIM merupakan area yang paling potensial.

"Balai Arkeologi Yogyakarta menempatkan area tersebut sebagai prioritas pertama untuk penelitian arkeologi (khususnya Kota Majapahit) sehingga semestinya tidak boleh ada kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan penelitian arkeologi," katanya.

Menurut Siswanto, data arkeologi berupa bagian bangunan dan artefak masa Majapahit di area proyek, yang semestinya menjadi bahan penelitian guna mengungkapkan kejayaan Majapahit, rusak dan musnah akibat pembangunan fondasi.

Arsitek Arya Abieta sebagai Tim Evaluasi Pembangunan PIM dalam forum paparan di Kompas juga mempertanyakan, kenapa proyek PIM yang tak dilakukan sesuai prosedur standar anggarannya bisa lolos di DPR.

50 Persen Situs Majapahit Rusak

OkeZone.com
Minggu, 10 Mei 2009 - 19:34 wib

MOJOKERTO - Kerusakan sejumlah situs peninggalan kerajaan Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur, memprihatinkan. Separuh dari peninggalan kerajaan terbesar di Indonesia itu telah rusak.

Prediksi kerusakan itu diungkapkan Gotral Wilwatikta, salah satu organisasi yang selama ini intens mengamati benda sejarah peninggalan Majapahit di Mojokerto. Dari hasil temuan di lapangan menyebutkan, kerusakan tersebut terjadi sejak 40 tahun silam. Dan sampai saat ini, kerusakan itu masih terjadi di titik 9 x 11 kilometer, wilayah kota kerajaan.

Jenis kerusakan situs antara lain, hilangnya bangunan kuno yang ditemukan warga secara tak sengaja maupun disengaja, di wilayah yang menjadi pusat kerajaan di Kecamatan Trowulan. Baik berupa tembok, candi, maupun benda bersejarah lainnya. Banyak bangunan kuno yang hilang begitu saja lantaran dijarah oknum yang tidak bertanggung jawab. Seperti di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko. Ada bangunan luas seperti candi yang pernah ditemukan, kini sudah tak lagi ada, terang Anam Anis, Ketua Gotrah Wilwatikta.

Dia mengkategorikan tiga golongan perusakan situs yang menyumbangkan kerusakan benda bersejarah itu. Mulai dari kerusakan oleh warga yang dipicu ketidaktahuan soal hukum pengambilan benda cagar budaya, hingga mereka yang paham hukum namun secara sengaja merusak situs untuk kepentingan ekonomi. Selebihnya, kerusakan dilakukan oleh warga lantaran tak adanya perhatian dari pemerintah setelah ditemukannya benda bersejarah.

Masing-masing dominan. Namun saat ini, masyarakat lebih mengerti soal benda cagar budaya, sehingga beberapa desa sudah mulai melangkah untuk menyelamatkan situs yang ditemukan. "Dulu, masyarakat memang minim pengetahuan dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah, sehingga dengan santainya menghilangkan benda bersejarah di wilayah mereka," tukas Anam Anis, Minggu (10/5/2009).

Terakhir, kerusakan parah terjadi saat pembangunan Majapahit Park di lingkungan Pusat Informasi Majapahit (PIM) Trowulan. Meski proyek ini dikomandani oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan. Banyak bangunan yang rusak lantaran penggalian pondasi gedung. "Ini kerusakan kategori mereka yang sebenarnya paham akan larangan merusak situs," katanya.

Untuk menghindari kerusakan yang terus meluas, pihaknya telah meminta kepada Kementerian Pariwisata dan Budaya untuk melakukan penggalian situs di tiga desa yang diduga terdapat situs dalam jumlah yang besar. Tiga desa itu di antaranya Desa Klinterejo, Kecamatan Trowulan, Desa Watesumpak dan Nglinguk, Kecamatan Trowulan. Dia khawatir jika penggalian situs tidak dilakukan, kerusakan akan semakin meluas.

Di Desa Klinterejo, tepatnya di wilayah yang berdekatan dengan situs petilasan Tribuana Tungga Dewi, masih banyak peninggalan bersejarah yang terkubur. Di wilayah itu, sebelumnya juga ditemukan beberapa tembok kuno berukuran besar dan sumur-sumur. Di wilayah ini juga, beberapa tahun silam ditemukan bangunan candi yang saat ini telah hilang.

Sementara di Desa Watesumpak, terdapat bangunan candi yang sudah ditemukan warga, dan diduga kuat, masih banyak candi serupa di lokasi itu. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Nglinguk, yang sudah ditemukan tembok sepanjang 35 meter dengan lebar 1 meter. Saat ini, tembok tersebut masih digali warga sepanjang 1,7 meter. "Sangat mungkin bangunan ini masih panjang dan banyak bangunan baru yang masih terpendam," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Mojokerto, Affandi Abdul Hadi mengatakan, pihaknya tak bisa melangkah lebih jauh masalah ini, termasuk upaya membebaskan lahan warga yang didalamnya terdapat situs kuno. Menurutnya, dia terbentur ke wilayahan. "Itu wewenang BP3 Trowulan. Kami hanya bisa membantu akses menuju lokasi wisata atau situs yang ditemukan," terang Affandi.

Dia juga mengaku, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengingatkan betapa pentingnya penyelamatan benda cagar budaya. Namun jika BP3 mau meminta bantuan dengan cara sharing, Dia malah tak keberatan. "Memang selama ini belum ada anggaran untuk itu. Tapi jika diminta, kita siap saja," tandasnya.

Sementara itu, Minggu ini, warga Desa Klinterejo menerima penghargaan dari dua lembaga atas kepedulian terhadap penyelamatan situs di wilayahnya, meski puluhan tahun silam kerusakan di wilayah ini terbilang besar. Dua lembaga yakni Gottah Wilwatikta dan Suluh Nusantara Bakti (SNB) memberikan penghargaan berupa uang tunai dan peralatan mesin pompa air. (Tritus Julan/Koran SI/mbs)