Senin, 12 Oktober 2009

50 Persen Situs Majapahit Rusak

OkeZone.com
Minggu, 10 Mei 2009 - 19:34 wib

MOJOKERTO - Kerusakan sejumlah situs peninggalan kerajaan Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur, memprihatinkan. Separuh dari peninggalan kerajaan terbesar di Indonesia itu telah rusak.

Prediksi kerusakan itu diungkapkan Gotral Wilwatikta, salah satu organisasi yang selama ini intens mengamati benda sejarah peninggalan Majapahit di Mojokerto. Dari hasil temuan di lapangan menyebutkan, kerusakan tersebut terjadi sejak 40 tahun silam. Dan sampai saat ini, kerusakan itu masih terjadi di titik 9 x 11 kilometer, wilayah kota kerajaan.

Jenis kerusakan situs antara lain, hilangnya bangunan kuno yang ditemukan warga secara tak sengaja maupun disengaja, di wilayah yang menjadi pusat kerajaan di Kecamatan Trowulan. Baik berupa tembok, candi, maupun benda bersejarah lainnya. Banyak bangunan kuno yang hilang begitu saja lantaran dijarah oknum yang tidak bertanggung jawab. Seperti di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko. Ada bangunan luas seperti candi yang pernah ditemukan, kini sudah tak lagi ada, terang Anam Anis, Ketua Gotrah Wilwatikta.

Dia mengkategorikan tiga golongan perusakan situs yang menyumbangkan kerusakan benda bersejarah itu. Mulai dari kerusakan oleh warga yang dipicu ketidaktahuan soal hukum pengambilan benda cagar budaya, hingga mereka yang paham hukum namun secara sengaja merusak situs untuk kepentingan ekonomi. Selebihnya, kerusakan dilakukan oleh warga lantaran tak adanya perhatian dari pemerintah setelah ditemukannya benda bersejarah.

Masing-masing dominan. Namun saat ini, masyarakat lebih mengerti soal benda cagar budaya, sehingga beberapa desa sudah mulai melangkah untuk menyelamatkan situs yang ditemukan. "Dulu, masyarakat memang minim pengetahuan dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah, sehingga dengan santainya menghilangkan benda bersejarah di wilayah mereka," tukas Anam Anis, Minggu (10/5/2009).

Terakhir, kerusakan parah terjadi saat pembangunan Majapahit Park di lingkungan Pusat Informasi Majapahit (PIM) Trowulan. Meski proyek ini dikomandani oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan. Banyak bangunan yang rusak lantaran penggalian pondasi gedung. "Ini kerusakan kategori mereka yang sebenarnya paham akan larangan merusak situs," katanya.

Untuk menghindari kerusakan yang terus meluas, pihaknya telah meminta kepada Kementerian Pariwisata dan Budaya untuk melakukan penggalian situs di tiga desa yang diduga terdapat situs dalam jumlah yang besar. Tiga desa itu di antaranya Desa Klinterejo, Kecamatan Trowulan, Desa Watesumpak dan Nglinguk, Kecamatan Trowulan. Dia khawatir jika penggalian situs tidak dilakukan, kerusakan akan semakin meluas.

Di Desa Klinterejo, tepatnya di wilayah yang berdekatan dengan situs petilasan Tribuana Tungga Dewi, masih banyak peninggalan bersejarah yang terkubur. Di wilayah itu, sebelumnya juga ditemukan beberapa tembok kuno berukuran besar dan sumur-sumur. Di wilayah ini juga, beberapa tahun silam ditemukan bangunan candi yang saat ini telah hilang.

Sementara di Desa Watesumpak, terdapat bangunan candi yang sudah ditemukan warga, dan diduga kuat, masih banyak candi serupa di lokasi itu. Kondisi serupa juga terjadi di Desa Nglinguk, yang sudah ditemukan tembok sepanjang 35 meter dengan lebar 1 meter. Saat ini, tembok tersebut masih digali warga sepanjang 1,7 meter. "Sangat mungkin bangunan ini masih panjang dan banyak bangunan baru yang masih terpendam," katanya.

Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Mojokerto, Affandi Abdul Hadi mengatakan, pihaknya tak bisa melangkah lebih jauh masalah ini, termasuk upaya membebaskan lahan warga yang didalamnya terdapat situs kuno. Menurutnya, dia terbentur ke wilayahan. "Itu wewenang BP3 Trowulan. Kami hanya bisa membantu akses menuju lokasi wisata atau situs yang ditemukan," terang Affandi.

Dia juga mengaku, pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengingatkan betapa pentingnya penyelamatan benda cagar budaya. Namun jika BP3 mau meminta bantuan dengan cara sharing, Dia malah tak keberatan. "Memang selama ini belum ada anggaran untuk itu. Tapi jika diminta, kita siap saja," tandasnya.

Sementara itu, Minggu ini, warga Desa Klinterejo menerima penghargaan dari dua lembaga atas kepedulian terhadap penyelamatan situs di wilayahnya, meski puluhan tahun silam kerusakan di wilayah ini terbilang besar. Dua lembaga yakni Gottah Wilwatikta dan Suluh Nusantara Bakti (SNB) memberikan penghargaan berupa uang tunai dan peralatan mesin pompa air. (Tritus Julan/Koran SI/mbs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

siap berkontribusi?